Minggu, 30 Agustus 2015

filsafat sains




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sebelum munculnya ilmu pengetahuan modern, manusia melalui peradaban Yunani kuno mengenal lebih dulu perkembangan pemikiran filsafat sejak abad 6 S.M. Tercatat tiga filsuf pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Thales, filsuf pertama, tidak pernah menuliskan pemikirannya; sedangkan Anaximandros dan Anaximenes sekalipun menuliskan pemikiran-pemikiran mereka, sayangnya tulisan-tulisan mereka itu terhilang. Ada kesaksian bahwa ketiga filsuf mula-mula tersebut menaruh perhatian yang besar kepada semua peristiwa alam. Mereka meyakini dan berusaha mencari adanya prinsip-prinsip yang mengatur peristiwa. Yang menarik untuk dicatat ialah pandangan Plato yang mengatakan bahwa realitas itu terdiri dari dua “dunia”. dunia yang hanya terbuka melalui rasio dan dunia yang hanya bisa terbuka melalui pancaindera. Atas dasar ini kita bisa mengetahui pandangan Plato yang mengatakan bahwa manusia itu termasuk ke dalam dua dunia tadi. Agaknya pandangan tentang adanya dua “dunia” ini yang di abad modern mengilhami lahirnya faham rasionalisme dan empirisme, yang perpaduan dari keduanya mempengaruhi lahirnya metode keilmuan modern.
Dari filsafat tersebut kemudian berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan modern sehingga filsafat lazim dikenal sebagai induk dari segala ilmu. Filsafat bertujuan mengumpulkan pengetahuan manusia, mengkiritisi dan menyusunnya sehingga diharapkan bisa membawa pemahaman. Terhadap fakta-fakta yang ada, filsafat tidak serta merta menelannya mentah-mentah tetapi mengkritisinya agar tidak timpang di dalam upaya mencari kebenaran. Kita mengenal beberapa cabang filsafat dalam upaya pencarian kebenaran itu: epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) berusaha mempertanyakan asal muasal pengetahuan; ontologi berusaha mencari esensi terdalam dari eksistensi; kosmologi berusaha mengetahui ketertiban alam semesta dan susunannya aksiologi mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tata nilai (Achmad, 1998)

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah :
1.    Apa yang dimaksud Filsafat Sains ?
2.    Bagaimana Asal-usul Filsafat?
1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui tentang Filsafat Sains
2.      Mengetahui Asal-usul Filsafat
1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.      Sebagai bahan informasi dan refrensi untuk para mahasiswa dan masyarakat




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Filsafat Sains
            Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
            Sebelum Socrates ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sophist (kaum sofis) yang berarti cendekiawan. Mereka menjadikan persepsi manusia sebagai ukuran realitas dan menggunakan hujah-hujah yang keliru dalam kesimpulan mereka. Sehingga kata sofis mengalami reduksi makna yaitu berpikir yang menyesatkan. Socrates karena kerendahan hati dan menghindarkan diri dari pengidentifikasian dengan kaum sofis, melarang dirinya disebut dengan seorang sofis (cendekiawan). Oleh karena itu istilah filosof tidak pakai orang sebelum Socrates (Ismaun, 2001).
            Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan politik.
            Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik tertentu (Ismaun, 2001). Defenisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah masalah falsafi pula. Menurut para ahli logika ketika seseorang menanyakan pengertian (defenisi/hakikat) sesuatu, sesungguhnya ia sedang bertanya tentang macam-macam perkara. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi yang didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektika. Dialektika ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada dialog (Tabinhun, 2015).
            Plato (427–348 SM) menyatakan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles (382–322 SM) mendefenisikan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Sedangkan filosof lainnya Cicero (106–043 SM) menyatakan filsafat ialah ibu dari semua ilmu pengetahuan lainnya. Filsafat ialah ilmu pengetahuan terluhur dan keinginan untuk mendapatkannya.
2.2. Asal-usul Filsafat
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikirpikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentar komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat. 

2.3. Klasifikasi Filsafat
            Di seluruh dunia, banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan  membangun tradisi filsafat, menanggapi dan meneruskan banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi: Filsafat Barat dan Filsafat Timur.
2.3.1. Filsafat Barat
            Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Menurut (Ismaun, 2001) dalam pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis, radikal, dan kritis seringkali merujuk pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran logis. Misalnya aliran empirisme, positivisme, dan filsafat analitik memberikan criteria bahwa pemikiran dianggap filosofis jika mengadung kebenaran korespondensi dan koherensi. Korespondensi yakni sebuah pengetahuan dinilai benar jika pernyataan itu sesuai dengan kenyataan empiris. (Wikipedia, 2015) Contoh jika pernyataan ”Saat ini hujan turun”, adalah benar jika indra kita menangkap hujan turun, jika kenyataannya tidak maka pernyataannya dianggap salah. Koherensi berarti sebuah pernyataan dinilai benar jika pernyataan itu mengandung koherensi logis (dapat diuji dengan logika barat). Dalam filsafat barat secara sistematis terbagi menjadi tiga bagian besar yakni: (a) bagian filsafat yang mengkaji tentang ada (being), (b) bidang filsafat yang mengkaji pengetahuan (epistimologi dalam arti luas), (c) bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia (aksiologi). Beberapa tokoh dalam filsafat barat yaitu:
1.      Wittgenstein mempunyai aliran analitik (filsafat analitik) yang dikembangkan di negara-negara yang berbahasa Inggris, tetapi juga diteruskan di Polandia. Filsafat analitik menolak setiap bentuk filsafat yang berbau ″metafisik”. Filsafat analitik menyerupai ilmu-ilmu alam yang empiris, sehingga kriteria yang berlaku dalam ilmu eksata juga harus dapat diterapkan pada filsafat. Yang menjadi obyek penelitian filsafat analitik sebetulnya bukan barang-barang, peristiwa-peristiwa, melainkan pernyataan, aksioma, prinsip. Filsafat analitik menggali dasar-dasar teori ilmu yang berlaku bagi setiap ilmu tersendiri. Yang menjadi pokok perhatian filsafat analitik ialah analisa logika bahasa sehari-hari, maupun dalam mengembangkan sistem bahasa buatan.
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQtdOHxM2J6tNx1_mN-Btr7LOElT55Kso_GagdkAWnARBG0TdzmhA
Gambar : Wittgenstein
2. Imanuel Kant mempunyai aliran atau filsafat ″kritik” yang tidak mau melewati batas kemungkinan pemikiran manusiawi. Rasionalisme dan empirisme ingin disintesakannya. Untuk itu ia membedakan akal, budi, rasio, dan pengalaman inderawi. Pengetahuan merupakan hasil kerja sama antara pengalaman indrawi yang aposteriori dan keaktifan akal, faktor priori. Struktur pengetahuan harus kita teliti. Kant terkenal karena tiga tulisan: (1) Kritik atas rasio murni, apa yang saya dapat ketahui. Ding an sich, hakikat kenyataan yang dapat diketahui. Manusia hanya dapat mengetahui gejala-gejala yang kemudian oleh akal terus ditampung oleh dua wadah pokok, yakni ruang dan waktu. Kemudian diperinci lagi misalnya menurut kategori sebab dan akibat dst. Seluruh pengetahuan kita berkiblat pada Tuhan, jiwa, dan dunia. (2) Kritik atas rasio praktis, apa yang harus saya buat. Kelakuan manusia ditentukan oleh kategori imperatif, keharusan mutlak: kau harus begini dan begitu. Ini mengandaikan tiga postulat: kebebasan, jiwa yang tak dapat mati, adanya Tuhan. (3) Kritik atas daya pertimbangan. Di sini Kant membicarakan peranan perasaan dan fantasi, jembatan antara yang umum dan yang khusus.
3. Rene Descartes.
             Berpendapat bahwa kebenaran terletak pada diri subyek. Mencari titik pangkal pasti dalam pikiran dan pengetahuan manusia, khusus dalam ilmu alam. Metode untuk memperoleh kepastian ialah menyangsikan segala sesuatu. Hanya satu kenyataan tak dapat disangsikan, yakni aku berpikir, jadi aku ada. Dalam mencari proses kebenaran hendaknya kita pergunakan ide-ide yang jelas dan tajam. Setiap orang, sejak ia dilahirkan, dilengkapi dengan ide-ide tertentu, khusus mengenai adanya Tuhan dan dalil-dalil matematika. Pandangannya tentang alam bersifat mekanistik dan kuantitatif. Kenyataan dibaginya menjadi dua yaitu: “res extensa dan res copgitans”.
2.3.2. Filsafat Timur
            Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok, dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas filsafat timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa
dikatakan untuk filsafat barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama nama beberapa filosof: Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi, dan lain-lain. Pemikiran filsafat timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Hal ini disebabkan pemikiran timur lebih dianggap agama dibanding filsafat. Pemikiran timur tidak menampilkan sistematika seperti dalam filsafat barat.
            Misalnya dalam pemikiran Cina sistematikanya berdasarkan pada konstrusksi kronologis mulai dari penciptaan alam hingga meninggalnya manusia dijalin secara runut. Belakangan ini, beberapa intelektual barat telah beralih ke filsafat timur, misalnya Fritjop Capra, seorang ahli fisika yang mendalami taoisme, untuk membangun kembali bangunan ilmu pengetahuan (Agraha, 1992).

BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
            Berdasarkan uraian diatas tentang  Filasafat Sains maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Filsafat berarti cinta, kebijaksanaan atau kebenaran. Dari filsafat kemudian berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan modern sehingga filsafat lazim dikenal sebagai induk dari segala ilmu. Filsafat bertujuan mengumpulkan pengetahuan manusia, mengkiritisi dan menyusunnya sehingga diharapkan bisa membawa pemahaman. Terhadap fakta-fakta yang ada, filsafat tidak serta merta menelannya mentah-mentah tetapi mengkritisinya agar tidak timpang di dalam upaya mencari kebenaran.
2.      Banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan  membangun tradisi filsafat, menanggapi dan meneruskan banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi: Filsafat Barat dan Filsafat Timur.














DAFTAR PUSTAKA



Achmad, Sanusi.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung: PPSIKIP Bandung.

 Agraha, Suhandi .1992. Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.

 Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.


Tanbihun.com/pendidikan/defiinisi-atau-pengertian-filsafat-dan-ilmu-pengetahuan-  serta-perbedaannya (diakses pada tanggal 8 Juli 2015)

Wikipedia. id.m.wikipedia.org/wiki/filsafat (diakses pada tanggal 8 Juli 2015)




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sebelum munculnya ilmu pengetahuan modern, manusia melalui peradaban Yunani kuno mengenal lebih dulu perkembangan pemikiran filsafat sejak abad 6 S.M. Tercatat tiga filsuf pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Thales, filsuf pertama, tidak pernah menuliskan pemikirannya; sedangkan Anaximandros dan Anaximenes sekalipun menuliskan pemikiran-pemikiran mereka, sayangnya tulisan-tulisan mereka itu terhilang. Ada kesaksian bahwa ketiga filsuf mula-mula tersebut menaruh perhatian yang besar kepada semua peristiwa alam. Mereka meyakini dan berusaha mencari adanya prinsip-prinsip yang mengatur peristiwa. Yang menarik untuk dicatat ialah pandangan Plato yang mengatakan bahwa realitas itu terdiri dari dua “dunia”. dunia yang hanya terbuka melalui rasio dan dunia yang hanya bisa terbuka melalui pancaindera. Atas dasar ini kita bisa mengetahui pandangan Plato yang mengatakan bahwa manusia itu termasuk ke dalam dua dunia tadi. Agaknya pandangan tentang adanya dua “dunia” ini yang di abad modern mengilhami lahirnya faham rasionalisme dan empirisme, yang perpaduan dari keduanya mempengaruhi lahirnya metode keilmuan modern.
Dari filsafat tersebut kemudian berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan modern sehingga filsafat lazim dikenal sebagai induk dari segala ilmu. Filsafat bertujuan mengumpulkan pengetahuan manusia, mengkiritisi dan menyusunnya sehingga diharapkan bisa membawa pemahaman. Terhadap fakta-fakta yang ada, filsafat tidak serta merta menelannya mentah-mentah tetapi mengkritisinya agar tidak timpang di dalam upaya mencari kebenaran. Kita mengenal beberapa cabang filsafat dalam upaya pencarian kebenaran itu: epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) berusaha mempertanyakan asal muasal pengetahuan; ontologi berusaha mencari esensi terdalam dari eksistensi; kosmologi berusaha mengetahui ketertiban alam semesta dan susunannya aksiologi mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tata nilai (Achmad, 1998)

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah :
1.    Apa yang dimaksud Filsafat Sains ?
2.    Bagaimana Asal-usul Filsafat?
1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui tentang Filsafat Sains
2.      Mengetahui Asal-usul Filsafat
1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.      Sebagai bahan informasi dan refrensi untuk para mahasiswa dan masyarakat




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Filsafat Sains
            Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
            Sebelum Socrates ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sophist (kaum sofis) yang berarti cendekiawan. Mereka menjadikan persepsi manusia sebagai ukuran realitas dan menggunakan hujah-hujah yang keliru dalam kesimpulan mereka. Sehingga kata sofis mengalami reduksi makna yaitu berpikir yang menyesatkan. Socrates karena kerendahan hati dan menghindarkan diri dari pengidentifikasian dengan kaum sofis, melarang dirinya disebut dengan seorang sofis (cendekiawan). Oleh karena itu istilah filosof tidak pakai orang sebelum Socrates (Ismaun, 2001).
            Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan politik.
            Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik tertentu (Ismaun, 2001). Defenisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah masalah falsafi pula. Menurut para ahli logika ketika seseorang menanyakan pengertian (defenisi/hakikat) sesuatu, sesungguhnya ia sedang bertanya tentang macam-macam perkara. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi yang didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektika. Dialektika ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada dialog (Tabinhun, 2015).
            Plato (427–348 SM) menyatakan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles (382–322 SM) mendefenisikan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Sedangkan filosof lainnya Cicero (106–043 SM) menyatakan filsafat ialah ibu dari semua ilmu pengetahuan lainnya. Filsafat ialah ilmu pengetahuan terluhur dan keinginan untuk mendapatkannya.
2.2. Asal-usul Filsafat
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikirpikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentar komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat. 

2.3. Klasifikasi Filsafat
            Di seluruh dunia, banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan  membangun tradisi filsafat, menanggapi dan meneruskan banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi: Filsafat Barat dan Filsafat Timur.
2.3.1. Filsafat Barat
            Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Menurut (Ismaun, 2001) dalam pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis, radikal, dan kritis seringkali merujuk pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran logis. Misalnya aliran empirisme, positivisme, dan filsafat analitik memberikan criteria bahwa pemikiran dianggap filosofis jika mengadung kebenaran korespondensi dan koherensi. Korespondensi yakni sebuah pengetahuan dinilai benar jika pernyataan itu sesuai dengan kenyataan empiris. (Wikipedia, 2015) Contoh jika pernyataan ”Saat ini hujan turun”, adalah benar jika indra kita menangkap hujan turun, jika kenyataannya tidak maka pernyataannya dianggap salah. Koherensi berarti sebuah pernyataan dinilai benar jika pernyataan itu mengandung koherensi logis (dapat diuji dengan logika barat). Dalam filsafat barat secara sistematis terbagi menjadi tiga bagian besar yakni: (a) bagian filsafat yang mengkaji tentang ada (being), (b) bidang filsafat yang mengkaji pengetahuan (epistimologi dalam arti luas), (c) bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia (aksiologi). Beberapa tokoh dalam filsafat barat yaitu:
1.      Wittgenstein mempunyai aliran analitik (filsafat analitik) yang dikembangkan di negara-negara yang berbahasa Inggris, tetapi juga diteruskan di Polandia. Filsafat analitik menolak setiap bentuk filsafat yang berbau ″metafisik”. Filsafat analitik menyerupai ilmu-ilmu alam yang empiris, sehingga kriteria yang berlaku dalam ilmu eksata juga harus dapat diterapkan pada filsafat. Yang menjadi obyek penelitian filsafat analitik sebetulnya bukan barang-barang, peristiwa-peristiwa, melainkan pernyataan, aksioma, prinsip. Filsafat analitik menggali dasar-dasar teori ilmu yang berlaku bagi setiap ilmu tersendiri. Yang menjadi pokok perhatian filsafat analitik ialah analisa logika bahasa sehari-hari, maupun dalam mengembangkan sistem bahasa buatan.
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQtdOHxM2J6tNx1_mN-Btr7LOElT55Kso_GagdkAWnARBG0TdzmhA
Gambar : Wittgenstein
2. Imanuel Kant mempunyai aliran atau filsafat ″kritik” yang tidak mau melewati batas kemungkinan pemikiran manusiawi. Rasionalisme dan empirisme ingin disintesakannya. Untuk itu ia membedakan akal, budi, rasio, dan pengalaman inderawi. Pengetahuan merupakan hasil kerja sama antara pengalaman indrawi yang aposteriori dan keaktifan akal, faktor priori. Struktur pengetahuan harus kita teliti. Kant terkenal karena tiga tulisan: (1) Kritik atas rasio murni, apa yang saya dapat ketahui. Ding an sich, hakikat kenyataan yang dapat diketahui. Manusia hanya dapat mengetahui gejala-gejala yang kemudian oleh akal terus ditampung oleh dua wadah pokok, yakni ruang dan waktu. Kemudian diperinci lagi misalnya menurut kategori sebab dan akibat dst. Seluruh pengetahuan kita berkiblat pada Tuhan, jiwa, dan dunia. (2) Kritik atas rasio praktis, apa yang harus saya buat. Kelakuan manusia ditentukan oleh kategori imperatif, keharusan mutlak: kau harus begini dan begitu. Ini mengandaikan tiga postulat: kebebasan, jiwa yang tak dapat mati, adanya Tuhan. (3) Kritik atas daya pertimbangan. Di sini Kant membicarakan peranan perasaan dan fantasi, jembatan antara yang umum dan yang khusus.
3. Rene Descartes.
             Berpendapat bahwa kebenaran terletak pada diri subyek. Mencari titik pangkal pasti dalam pikiran dan pengetahuan manusia, khusus dalam ilmu alam. Metode untuk memperoleh kepastian ialah menyangsikan segala sesuatu. Hanya satu kenyataan tak dapat disangsikan, yakni aku berpikir, jadi aku ada. Dalam mencari proses kebenaran hendaknya kita pergunakan ide-ide yang jelas dan tajam. Setiap orang, sejak ia dilahirkan, dilengkapi dengan ide-ide tertentu, khusus mengenai adanya Tuhan dan dalil-dalil matematika. Pandangannya tentang alam bersifat mekanistik dan kuantitatif. Kenyataan dibaginya menjadi dua yaitu: “res extensa dan res copgitans”.
2.3.2. Filsafat Timur
            Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok, dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas filsafat timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa
dikatakan untuk filsafat barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama nama beberapa filosof: Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi, dan lain-lain. Pemikiran filsafat timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Hal ini disebabkan pemikiran timur lebih dianggap agama dibanding filsafat. Pemikiran timur tidak menampilkan sistematika seperti dalam filsafat barat.
            Misalnya dalam pemikiran Cina sistematikanya berdasarkan pada konstrusksi kronologis mulai dari penciptaan alam hingga meninggalnya manusia dijalin secara runut. Belakangan ini, beberapa intelektual barat telah beralih ke filsafat timur, misalnya Fritjop Capra, seorang ahli fisika yang mendalami taoisme, untuk membangun kembali bangunan ilmu pengetahuan (Agraha, 1992).

BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
            Berdasarkan uraian diatas tentang  Filasafat Sains maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Filsafat berarti cinta, kebijaksanaan atau kebenaran. Dari filsafat kemudian berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan modern sehingga filsafat lazim dikenal sebagai induk dari segala ilmu. Filsafat bertujuan mengumpulkan pengetahuan manusia, mengkiritisi dan menyusunnya sehingga diharapkan bisa membawa pemahaman. Terhadap fakta-fakta yang ada, filsafat tidak serta merta menelannya mentah-mentah tetapi mengkritisinya agar tidak timpang di dalam upaya mencari kebenaran.
2.      Banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan  membangun tradisi filsafat, menanggapi dan meneruskan banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi: Filsafat Barat dan Filsafat Timur.














DAFTAR PUSTAKA



Achmad, Sanusi.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung: PPSIKIP Bandung.

 Agraha, Suhandi .1992. Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.

 Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.


Tanbihun.com/pendidikan/defiinisi-atau-pengertian-filsafat-dan-ilmu-pengetahuan-  serta-perbedaannya (diakses pada tanggal 8 Juli 2015)

Wikipedia. id.m.wikipedia.org/wiki/filsafat (diakses pada tanggal 8 Juli 2015)