BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum
munculnya ilmu pengetahuan modern, manusia melalui peradaban Yunani kuno
mengenal lebih dulu perkembangan pemikiran filsafat sejak abad 6 S.M. Tercatat
tiga filsuf pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang
terletak di pesisir Asia Kecil. Thales, filsuf pertama, tidak pernah menuliskan
pemikirannya; sedangkan Anaximandros dan Anaximenes sekalipun menuliskan
pemikiran-pemikiran mereka, sayangnya tulisan-tulisan mereka itu terhilang. Ada
kesaksian bahwa ketiga filsuf mula-mula tersebut menaruh perhatian yang besar
kepada semua peristiwa alam. Mereka meyakini dan berusaha mencari adanya
prinsip-prinsip yang mengatur peristiwa. Yang menarik untuk dicatat ialah
pandangan Plato yang mengatakan bahwa realitas itu terdiri dari dua “dunia”.
dunia yang hanya terbuka melalui rasio dan dunia yang hanya bisa terbuka
melalui pancaindera. Atas dasar ini kita bisa mengetahui pandangan Plato yang
mengatakan bahwa manusia itu termasuk ke dalam dua dunia tadi. Agaknya
pandangan tentang adanya dua “dunia” ini yang di abad modern mengilhami
lahirnya faham rasionalisme dan empirisme, yang perpaduan dari keduanya
mempengaruhi lahirnya metode keilmuan modern.
Dari
filsafat tersebut kemudian berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan modern sehingga
filsafat lazim dikenal sebagai induk dari segala ilmu. Filsafat bertujuan
mengumpulkan pengetahuan manusia, mengkiritisi dan menyusunnya sehingga
diharapkan bisa membawa pemahaman. Terhadap fakta-fakta yang ada, filsafat tidak
serta merta menelannya mentah-mentah tetapi mengkritisinya agar tidak timpang
di dalam upaya mencari kebenaran. Kita mengenal beberapa cabang filsafat dalam
upaya pencarian kebenaran itu: epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan)
berusaha mempertanyakan asal muasal pengetahuan; ontologi berusaha mencari
esensi terdalam dari eksistensi; kosmologi berusaha mengetahui ketertiban alam
semesta dan susunannya aksiologi mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
tata nilai (Achmad, 1998)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam
makalah ini adalah :
1.
Apa yang dimaksud Filsafat
Sains ?
2.
Bagaimana Asal-usul Filsafat?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah
ini adalah:
1. Mengetahui tentang
Filsafat Sains
2. Mengetahui Asal-usul
Filsafat
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi dan refrensi untuk
para mahasiswa dan masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Filsafat Sains
Filsafat
dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal
dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta)
atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi).
Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian
pencinta kebijaksanaan. Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti
pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan
hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan
akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
Sebelum
Socrates ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sophist (kaum
sofis) yang berarti cendekiawan. Mereka menjadikan persepsi manusia sebagai
ukuran realitas dan menggunakan hujah-hujah yang keliru dalam kesimpulan
mereka. Sehingga kata sofis mengalami reduksi makna yaitu berpikir yang
menyesatkan. Socrates karena kerendahan hati dan menghindarkan diri dari
pengidentifikasian dengan kaum sofis, melarang dirinya disebut dengan seorang
sofis (cendekiawan). Oleh karena itu istilah filosof tidak pakai orang sebelum
Socrates (Ismaun, 2001).
Pada
mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia.
Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat
praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti:
fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan
matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis mencakup:
(1) norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan politik.
Secara
umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara
sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan
sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha
secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti
dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu
diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu
titik tertentu (Ismaun, 2001). Defenisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan
sebuah masalah falsafi pula. Menurut para ahli logika ketika seseorang
menanyakan pengertian (defenisi/hakikat) sesuatu, sesungguhnya ia sedang
bertanya tentang macam-macam perkara. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa
“falsafah” itu kira-kira merupakan studi yang didalami tidak dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses
sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektika. Dialektika ini secara
singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada dialog (Tabinhun, 2015).
Plato
(427–348 SM) menyatakan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai
kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles (382–322 SM) mendefenisikan filsafat
ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Sedangkan filosof lainnya Cicero (106–043 SM) menyatakan filsafat ialah ibu
dari semua ilmu pengetahuan lainnya. Filsafat ialah ilmu pengetahuan terluhur dan
keinginan untuk mendapatkannya.
2.2.
Asal-usul Filsafat
Filsafat,
terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7 SM.
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikirpikir dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan
diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di
daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir.
Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada
kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani
pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja
ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan
Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah
filsafat tidak lain hanyalah “komentar komentar karya Plato belaka”. Hal ini
menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
2.3.
Klasifikasi Filsafat
Di
seluruh dunia, banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan membangun tradisi filsafat, menanggapi dan meneruskan
banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu filsafat biasa diklasifikasikan
menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat biasa dibagi
menjadi: Filsafat Barat dan Filsafat Timur.
2.3.1. Filsafat Barat
Filsafat
Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini
berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Menurut (Ismaun, 2001) dalam
pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis, radikal, dan kritis
seringkali merujuk pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran logis.
Misalnya aliran empirisme, positivisme, dan filsafat analitik memberikan criteria
bahwa pemikiran dianggap filosofis jika mengadung kebenaran korespondensi dan
koherensi. Korespondensi yakni sebuah pengetahuan dinilai benar jika
pernyataan itu sesuai dengan kenyataan empiris. (Wikipedia, 2015) Contoh jika
pernyataan ”Saat ini hujan turun”, adalah benar jika indra kita menangkap hujan
turun, jika kenyataannya tidak maka pernyataannya dianggap salah. Koherensi
berarti sebuah pernyataan dinilai benar jika pernyataan itu mengandung
koherensi logis (dapat diuji dengan logika barat). Dalam filsafat barat secara
sistematis terbagi menjadi tiga bagian besar yakni: (a) bagian filsafat yang
mengkaji tentang ada (being), (b) bidang filsafat yang mengkaji
pengetahuan (epistimologi dalam arti luas), (c) bidang filsafat yang mengkaji
nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia (aksiologi). Beberapa
tokoh dalam filsafat barat yaitu:
1. Wittgenstein mempunyai aliran analitik
(filsafat analitik) yang dikembangkan di negara-negara yang berbahasa Inggris,
tetapi juga diteruskan di Polandia. Filsafat analitik menolak setiap bentuk
filsafat yang berbau ″metafisik”. Filsafat analitik menyerupai ilmu-ilmu alam
yang empiris, sehingga kriteria yang berlaku dalam ilmu eksata juga harus dapat
diterapkan pada filsafat. Yang menjadi obyek penelitian filsafat analitik
sebetulnya bukan barang-barang, peristiwa-peristiwa, melainkan pernyataan, aksioma,
prinsip. Filsafat analitik menggali dasar-dasar teori ilmu yang berlaku bagi
setiap ilmu tersendiri. Yang menjadi pokok perhatian filsafat analitik ialah
analisa logika bahasa sehari-hari, maupun dalam mengembangkan sistem bahasa
buatan.
Gambar : Wittgenstein
2. Imanuel Kant mempunyai
aliran atau filsafat ″kritik” yang tidak mau melewati batas kemungkinan
pemikiran manusiawi. Rasionalisme dan empirisme ingin disintesakannya. Untuk
itu ia membedakan akal, budi, rasio, dan pengalaman inderawi. Pengetahuan
merupakan hasil kerja sama antara pengalaman indrawi yang aposteriori dan
keaktifan akal, faktor priori. Struktur pengetahuan harus kita teliti. Kant
terkenal karena tiga tulisan: (1) Kritik atas rasio murni, apa yang saya dapat
ketahui. Ding an sich, hakikat kenyataan yang dapat diketahui. Manusia hanya
dapat mengetahui gejala-gejala yang kemudian oleh akal terus ditampung oleh dua
wadah pokok, yakni ruang dan waktu. Kemudian diperinci lagi misalnya menurut
kategori sebab dan akibat dst. Seluruh pengetahuan kita berkiblat pada Tuhan,
jiwa, dan dunia. (2) Kritik atas rasio praktis, apa yang harus saya buat. Kelakuan
manusia ditentukan oleh kategori imperatif, keharusan mutlak: kau harus begini
dan begitu. Ini mengandaikan tiga postulat: kebebasan, jiwa yang tak dapat
mati, adanya Tuhan. (3) Kritik atas daya pertimbangan. Di sini Kant
membicarakan peranan perasaan dan fantasi, jembatan antara yang umum dan yang
khusus.
3. Rene Descartes.
Berpendapat bahwa
kebenaran terletak pada diri subyek. Mencari titik pangkal pasti dalam pikiran
dan pengetahuan manusia, khusus dalam ilmu alam. Metode untuk memperoleh
kepastian ialah menyangsikan segala sesuatu. Hanya satu kenyataan tak dapat
disangsikan, yakni aku berpikir, jadi aku ada. Dalam mencari proses kebenaran
hendaknya kita pergunakan ide-ide yang jelas dan tajam. Setiap orang, sejak ia dilahirkan,
dilengkapi dengan ide-ide tertentu, khusus mengenai adanya Tuhan dan
dalil-dalil matematika. Pandangannya tentang alam bersifat mekanistik dan
kuantitatif. Kenyataan dibaginya menjadi dua yaitu: “res extensa dan res
copgitans”.
2.3.2. Filsafat Timur
Filsafat
Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di
India, Tiongkok, dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya.
Sebuah ciri khas filsafat timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama.
Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa
dikatakan untuk filsafat barat,
terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’
masih lebih menonjol daripada agama. Nama nama beberapa filosof: Lao Tse, Kong
Hu Cu, Zhuang Zi, dan lain-lain. Pemikiran filsafat timur sering dianggap
sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Hal
ini disebabkan pemikiran timur lebih dianggap agama dibanding filsafat.
Pemikiran timur tidak menampilkan sistematika seperti dalam filsafat barat.
Misalnya
dalam pemikiran Cina sistematikanya berdasarkan pada konstrusksi kronologis
mulai dari penciptaan alam hingga meninggalnya manusia dijalin secara runut. Belakangan
ini, beberapa intelektual barat telah beralih ke filsafat timur, misalnya
Fritjop Capra, seorang ahli fisika yang mendalami taoisme, untuk membangun kembali
bangunan ilmu pengetahuan (Agraha, 1992).
BAB III
KESIMPULAN
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas tentang Filasafat Sains maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Filsafat berarti cinta, kebijaksanaan atau kebenaran. Dari filsafat
kemudian berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan modern sehingga filsafat lazim
dikenal sebagai induk dari segala ilmu. Filsafat bertujuan mengumpulkan
pengetahuan manusia, mengkiritisi dan menyusunnya sehingga diharapkan bisa
membawa pemahaman. Terhadap fakta-fakta yang ada, filsafat tidak serta merta
menelannya mentah-mentah tetapi mengkritisinya agar tidak timpang di dalam
upaya mencari kebenaran.
2. Banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan membangun tradisi filsafat, menanggapi dan
meneruskan banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu filsafat biasa
diklasifikasikan menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat
biasa dibagi menjadi: Filsafat Barat dan Filsafat Timur.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,
Sanusi.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut
dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung: PPSIKIP Bandung.
Agraha, Suhandi .1992. Filsafat Sebagai Seni
untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.
Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah),
Bandung : UPI Bandung.
Tanbihun.com/pendidikan/defiinisi-atau-pengertian-filsafat-dan-ilmu-pengetahuan- serta-perbedaannya (diakses pada tanggal 8
Juli 2015)
Wikipedia.
id.m.wikipedia.org/wiki/filsafat (diakses pada tanggal 8 Juli 2015)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum
munculnya ilmu pengetahuan modern, manusia melalui peradaban Yunani kuno
mengenal lebih dulu perkembangan pemikiran filsafat sejak abad 6 S.M. Tercatat
tiga filsuf pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang
terletak di pesisir Asia Kecil. Thales, filsuf pertama, tidak pernah menuliskan
pemikirannya; sedangkan Anaximandros dan Anaximenes sekalipun menuliskan
pemikiran-pemikiran mereka, sayangnya tulisan-tulisan mereka itu terhilang. Ada
kesaksian bahwa ketiga filsuf mula-mula tersebut menaruh perhatian yang besar
kepada semua peristiwa alam. Mereka meyakini dan berusaha mencari adanya
prinsip-prinsip yang mengatur peristiwa. Yang menarik untuk dicatat ialah
pandangan Plato yang mengatakan bahwa realitas itu terdiri dari dua “dunia”.
dunia yang hanya terbuka melalui rasio dan dunia yang hanya bisa terbuka
melalui pancaindera. Atas dasar ini kita bisa mengetahui pandangan Plato yang
mengatakan bahwa manusia itu termasuk ke dalam dua dunia tadi. Agaknya
pandangan tentang adanya dua “dunia” ini yang di abad modern mengilhami
lahirnya faham rasionalisme dan empirisme, yang perpaduan dari keduanya
mempengaruhi lahirnya metode keilmuan modern.
Dari
filsafat tersebut kemudian berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan modern sehingga
filsafat lazim dikenal sebagai induk dari segala ilmu. Filsafat bertujuan
mengumpulkan pengetahuan manusia, mengkiritisi dan menyusunnya sehingga
diharapkan bisa membawa pemahaman. Terhadap fakta-fakta yang ada, filsafat tidak
serta merta menelannya mentah-mentah tetapi mengkritisinya agar tidak timpang
di dalam upaya mencari kebenaran. Kita mengenal beberapa cabang filsafat dalam
upaya pencarian kebenaran itu: epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan)
berusaha mempertanyakan asal muasal pengetahuan; ontologi berusaha mencari
esensi terdalam dari eksistensi; kosmologi berusaha mengetahui ketertiban alam
semesta dan susunannya aksiologi mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
tata nilai (Achmad, 1998)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam
makalah ini adalah :
1.
Apa yang dimaksud Filsafat
Sains ?
2.
Bagaimana Asal-usul Filsafat?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah
ini adalah:
1. Mengetahui tentang
Filsafat Sains
2. Mengetahui Asal-usul
Filsafat
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi dan refrensi untuk
para mahasiswa dan masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Filsafat Sains
Filsafat
dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal
dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta)
atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi).
Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian
pencinta kebijaksanaan. Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti
pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan
hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan
akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
Sebelum
Socrates ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sophist (kaum
sofis) yang berarti cendekiawan. Mereka menjadikan persepsi manusia sebagai
ukuran realitas dan menggunakan hujah-hujah yang keliru dalam kesimpulan
mereka. Sehingga kata sofis mengalami reduksi makna yaitu berpikir yang
menyesatkan. Socrates karena kerendahan hati dan menghindarkan diri dari
pengidentifikasian dengan kaum sofis, melarang dirinya disebut dengan seorang
sofis (cendekiawan). Oleh karena itu istilah filosof tidak pakai orang sebelum
Socrates (Ismaun, 2001).
Pada
mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia.
Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat
praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti:
fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan
matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis mencakup:
(1) norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan politik.
Secara
umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara
sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan
sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha
secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti
dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu
diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu
titik tertentu (Ismaun, 2001). Defenisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan
sebuah masalah falsafi pula. Menurut para ahli logika ketika seseorang
menanyakan pengertian (defenisi/hakikat) sesuatu, sesungguhnya ia sedang
bertanya tentang macam-macam perkara. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa
“falsafah” itu kira-kira merupakan studi yang didalami tidak dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses
sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektika. Dialektika ini secara
singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada dialog (Tabinhun, 2015).
Plato
(427–348 SM) menyatakan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai
kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles (382–322 SM) mendefenisikan filsafat
ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Sedangkan filosof lainnya Cicero (106–043 SM) menyatakan filsafat ialah ibu
dari semua ilmu pengetahuan lainnya. Filsafat ialah ilmu pengetahuan terluhur dan
keinginan untuk mendapatkannya.
2.2.
Asal-usul Filsafat
Filsafat,
terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7 SM.
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikirpikir dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan
diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di
daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir.
Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada
kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani
pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja
ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan
Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah
filsafat tidak lain hanyalah “komentar komentar karya Plato belaka”. Hal ini
menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
2.3.
Klasifikasi Filsafat
Di
seluruh dunia, banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan membangun tradisi filsafat, menanggapi dan meneruskan
banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu filsafat biasa diklasifikasikan
menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat biasa dibagi
menjadi: Filsafat Barat dan Filsafat Timur.
2.3.1. Filsafat Barat
Filsafat
Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini
berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Menurut (Ismaun, 2001) dalam
pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis, radikal, dan kritis
seringkali merujuk pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran logis.
Misalnya aliran empirisme, positivisme, dan filsafat analitik memberikan criteria
bahwa pemikiran dianggap filosofis jika mengadung kebenaran korespondensi dan
koherensi. Korespondensi yakni sebuah pengetahuan dinilai benar jika
pernyataan itu sesuai dengan kenyataan empiris. (Wikipedia, 2015) Contoh jika
pernyataan ”Saat ini hujan turun”, adalah benar jika indra kita menangkap hujan
turun, jika kenyataannya tidak maka pernyataannya dianggap salah. Koherensi
berarti sebuah pernyataan dinilai benar jika pernyataan itu mengandung
koherensi logis (dapat diuji dengan logika barat). Dalam filsafat barat secara
sistematis terbagi menjadi tiga bagian besar yakni: (a) bagian filsafat yang
mengkaji tentang ada (being), (b) bidang filsafat yang mengkaji
pengetahuan (epistimologi dalam arti luas), (c) bidang filsafat yang mengkaji
nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia (aksiologi). Beberapa
tokoh dalam filsafat barat yaitu:
1. Wittgenstein mempunyai aliran analitik
(filsafat analitik) yang dikembangkan di negara-negara yang berbahasa Inggris,
tetapi juga diteruskan di Polandia. Filsafat analitik menolak setiap bentuk
filsafat yang berbau ″metafisik”. Filsafat analitik menyerupai ilmu-ilmu alam
yang empiris, sehingga kriteria yang berlaku dalam ilmu eksata juga harus dapat
diterapkan pada filsafat. Yang menjadi obyek penelitian filsafat analitik
sebetulnya bukan barang-barang, peristiwa-peristiwa, melainkan pernyataan, aksioma,
prinsip. Filsafat analitik menggali dasar-dasar teori ilmu yang berlaku bagi
setiap ilmu tersendiri. Yang menjadi pokok perhatian filsafat analitik ialah
analisa logika bahasa sehari-hari, maupun dalam mengembangkan sistem bahasa
buatan.
Gambar : Wittgenstein
2. Imanuel Kant mempunyai
aliran atau filsafat ″kritik” yang tidak mau melewati batas kemungkinan
pemikiran manusiawi. Rasionalisme dan empirisme ingin disintesakannya. Untuk
itu ia membedakan akal, budi, rasio, dan pengalaman inderawi. Pengetahuan
merupakan hasil kerja sama antara pengalaman indrawi yang aposteriori dan
keaktifan akal, faktor priori. Struktur pengetahuan harus kita teliti. Kant
terkenal karena tiga tulisan: (1) Kritik atas rasio murni, apa yang saya dapat
ketahui. Ding an sich, hakikat kenyataan yang dapat diketahui. Manusia hanya
dapat mengetahui gejala-gejala yang kemudian oleh akal terus ditampung oleh dua
wadah pokok, yakni ruang dan waktu. Kemudian diperinci lagi misalnya menurut
kategori sebab dan akibat dst. Seluruh pengetahuan kita berkiblat pada Tuhan,
jiwa, dan dunia. (2) Kritik atas rasio praktis, apa yang harus saya buat. Kelakuan
manusia ditentukan oleh kategori imperatif, keharusan mutlak: kau harus begini
dan begitu. Ini mengandaikan tiga postulat: kebebasan, jiwa yang tak dapat
mati, adanya Tuhan. (3) Kritik atas daya pertimbangan. Di sini Kant
membicarakan peranan perasaan dan fantasi, jembatan antara yang umum dan yang
khusus.
3. Rene Descartes.
Berpendapat bahwa
kebenaran terletak pada diri subyek. Mencari titik pangkal pasti dalam pikiran
dan pengetahuan manusia, khusus dalam ilmu alam. Metode untuk memperoleh
kepastian ialah menyangsikan segala sesuatu. Hanya satu kenyataan tak dapat
disangsikan, yakni aku berpikir, jadi aku ada. Dalam mencari proses kebenaran
hendaknya kita pergunakan ide-ide yang jelas dan tajam. Setiap orang, sejak ia dilahirkan,
dilengkapi dengan ide-ide tertentu, khusus mengenai adanya Tuhan dan
dalil-dalil matematika. Pandangannya tentang alam bersifat mekanistik dan
kuantitatif. Kenyataan dibaginya menjadi dua yaitu: “res extensa dan res
copgitans”.
2.3.2. Filsafat Timur
Filsafat
Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di
India, Tiongkok, dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya.
Sebuah ciri khas filsafat timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama.
Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa
dikatakan untuk filsafat barat,
terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’
masih lebih menonjol daripada agama. Nama nama beberapa filosof: Lao Tse, Kong
Hu Cu, Zhuang Zi, dan lain-lain. Pemikiran filsafat timur sering dianggap
sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Hal
ini disebabkan pemikiran timur lebih dianggap agama dibanding filsafat.
Pemikiran timur tidak menampilkan sistematika seperti dalam filsafat barat.
Misalnya
dalam pemikiran Cina sistematikanya berdasarkan pada konstrusksi kronologis
mulai dari penciptaan alam hingga meninggalnya manusia dijalin secara runut. Belakangan
ini, beberapa intelektual barat telah beralih ke filsafat timur, misalnya
Fritjop Capra, seorang ahli fisika yang mendalami taoisme, untuk membangun kembali
bangunan ilmu pengetahuan (Agraha, 1992).
BAB III
KESIMPULAN
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas tentang Filasafat Sains maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Filsafat berarti cinta, kebijaksanaan atau kebenaran. Dari filsafat
kemudian berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan modern sehingga filsafat lazim
dikenal sebagai induk dari segala ilmu. Filsafat bertujuan mengumpulkan
pengetahuan manusia, mengkiritisi dan menyusunnya sehingga diharapkan bisa
membawa pemahaman. Terhadap fakta-fakta yang ada, filsafat tidak serta merta
menelannya mentah-mentah tetapi mengkritisinya agar tidak timpang di dalam
upaya mencari kebenaran.
2. Banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan membangun tradisi filsafat, menanggapi dan
meneruskan banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu filsafat biasa
diklasifikasikan menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat
biasa dibagi menjadi: Filsafat Barat dan Filsafat Timur.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,
Sanusi.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut
dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung: PPSIKIP Bandung.
Agraha, Suhandi .1992. Filsafat Sebagai Seni
untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.
Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah),
Bandung : UPI Bandung.
Tanbihun.com/pendidikan/defiinisi-atau-pengertian-filsafat-dan-ilmu-pengetahuan- serta-perbedaannya (diakses pada tanggal 8
Juli 2015)
Wikipedia.
id.m.wikipedia.org/wiki/filsafat (diakses pada tanggal 8 Juli 2015)